sejarah dakwah rasulallah periode mekkah - JACKLIN NURUL ISLAMI
DAFTAR
ISI
DAFTAR ISI
.................................................................................. 1
KATA
PENGANTAR.................................................................... 2
PENDAHULUAN........................................................................... 3
ISI
A. SEJARAH DAKWAH RASULALLAH SAW
1.
Masyarakat Arab
Jahiliyah Periode Mekkah............................................ 3
2.
Pengangkatan
Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul.............................. 3
3.
Ajaran Islam
Periode Mekkah.................................................................. 4
B. STRATEGI RASULALLAH SAW
1.
Dakwah secara
Sembunyi-Sembunyi selama 3-4 Tahun......................... 6
2.
Dakwah secara
Terang-Terangan............................................................. 6
3.
Reaksi Kaum
Kafir Quraisy terhadap Dakwah Rasulallah SAW............ 7
PENUTUP
Kesimpulan ........................................................................................................ 10
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan
yang Maha Esa yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul SEJARAH DAKWAH
RASULALLAH SAW PERIODE MEKKAH ini.
Dalam pembuatan makalah ini, banyak kesulitan yang
penulis alami terutama disebabkan oleh kurangnya pengetahuan. Namun berkat
bimbingan dan bantuan dari semua pihak akhirnya makalah ini dapat terselesaikan
tepat pada waktunya. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Tak ada gading yang tak retak. Begitu pula dengan
makalah yang penulis buat ini yang masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran agar makalah ini menjadi lebih baik
serta berdaya guna di masa yang akan datang.
PENDAHULUAN
Sejarah Periode awal Islam merupakan rentang waktu yang sangat penting ,
karena pada periode itu ajaran Islam yang konpeherensif betul-betul
diimplementasikan. Dengan kata lain, periode awal Islam itu merupakan prototype
dan ideal yang harus ditiru oleh masyarakat kita sekarang. Sebagai muslimin dan
muslimat yang baik kita perlu mengetahui bagaimana sejarah periode awal islam
itu sendiri, termasuk Sejarah Dakwah dan strategi Rasulallah SAW Periode
Mekkah. Dari sejarah tersebut banyak hal yang dapat kita petik serta dapat kita
teladani, seperti dari sikap dan perilaku Rasulallah SAW dalam berdakwah di
Mekkah.
ISI
A.
SEJARAH DAKWAH RASULALLAH SAW
1.
Masyarakat Arab Jahiliyah Periode Mekkah
Objek dakwah Rasulullah SAW pada
awal kenabian adalah masyarakat Arab Jahiliyah, atau masyarakat yang masih
berada dalam kebodohan. Dalam bidang agama, umumnya masyarakat Arab waktu itu
sudah menyimpang jauh dari ajaran agama tauhid, yang telah diajarkan oleh para
rasul terdahulu, seperti Nabi Adam A.S. Mereka umumnya beragama watsani
atau agama penyembah berhala. Berhala-berhala yang mereka puja itu mereka
letakkan di Ka’bah (Baitullah = rumah Allah SWT). Di antara
berhala-berhala yang termahsyur bernama: Ma’abi, Hubai, Khuza’ah, Lata, Uzza
dan Manar. Selain itu ada pula sebagian masyarakat Arab Jahiliyah yang
menyembah malaikat dan bintang yang dilakukan kaum Sabi’in. Kondisi kebudayaan negatif masyarakat sebelum
islam disebar luaskan : Mengubur anak/bayi perempuan yang masih hidup,tata
krama kurang baik , misalnya dalam cara makan dan minum, Fanatisme kabilah
begitu kuat
2.
Pengangkatan Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul
Pengangkatan Muhammad sebagai nabi atau rasul Allah
SWT, terjadi pada tanggal 17 Ramadan, 13 tahun sebelum hijrah (610 M) tatkala
beliau sedang bertahannus di Gua Hira, waktu itu beliau genap berusia 40 tahun.
Gua Hira terletak di Jabal Nur, beberapa kilo meter sebelah utara kota Mekah.
Nabi Muhamad SAW diangkat Allah SWT, sebagai nabi atau rasul-Nya ditandai dengan turunnya Malaikat Jibril untuk menyampaikan wahyu yang pertama kali yakni Al-Qur’an Surah Al-‘Alaq(96): 1-5. Turunnya ayat Al-Qur’an pertama tersebut, dalam sejarah Islam dinamakan Nuzul Al-Qur’an.
Menurut sebagian ulama, setelah turun wahyu pertama (Q.S. Al-‘Alaq: 1-5) turun pula Surah Al-Mudassir: 1-7, yang berisi perintah Allah SWT agar Nabi Muhammad berdakwah menyiarkan ajaran Islam kepada umat manusia.
Setelah itu, tatkala Nabi Muhammad SAW berada di Mekah (periode Mekah) selama 13 tahun (610-622 M), secara berangsur-angsur telah diturunkan kepada beliau, wahyu berupa Al-Qur’an sebanyak 4726 ayat, yang meliputi 89 surah. Surah-surah yang diturunkan pada periode Mekah dinamakan Surah Makkiyyah.
Nabi Muhamad SAW diangkat Allah SWT, sebagai nabi atau rasul-Nya ditandai dengan turunnya Malaikat Jibril untuk menyampaikan wahyu yang pertama kali yakni Al-Qur’an Surah Al-‘Alaq(96): 1-5. Turunnya ayat Al-Qur’an pertama tersebut, dalam sejarah Islam dinamakan Nuzul Al-Qur’an.
Menurut sebagian ulama, setelah turun wahyu pertama (Q.S. Al-‘Alaq: 1-5) turun pula Surah Al-Mudassir: 1-7, yang berisi perintah Allah SWT agar Nabi Muhammad berdakwah menyiarkan ajaran Islam kepada umat manusia.
Setelah itu, tatkala Nabi Muhammad SAW berada di Mekah (periode Mekah) selama 13 tahun (610-622 M), secara berangsur-angsur telah diturunkan kepada beliau, wahyu berupa Al-Qur’an sebanyak 4726 ayat, yang meliputi 89 surah. Surah-surah yang diturunkan pada periode Mekah dinamakan Surah Makkiyyah.
3.
Ajaran Islam Periode Mekkah
Ajaran Islam periode Mekah, yang harus didakwahkan
Rasulullah SAW di awal kenabiannya adalah sebagai berikut:
1. Tauhidullah
1. Tauhidullah
Tauhidullah,
yakni sikap mengesakan Allah dengan sepenuh hati, tidak menyekutukan-Nya, hanya
mengabdi, memohon, dan meminta pertolongan kepada Allah SWT. Sebagai pencipta
dan pemelihara alam semesta. Kaidah ini bertujuan untuk membersihkan akidah
(tathir al-i’tiqad) masyrakat dari berbagai macam khurajat dan kepercayaan yang
keliru, menuju satu landasan, motivasi, tujuan hidup dan kehidupan dari Allah
dan dalam ajaran Allah menuju mardhatillah (min al-Lah, fi al-Allah, dan ila
Allah).
2.
Ukhuwah Islamiah
Ukhuwah Islamiah, yakni sikap persaudaraan
antarsesama muslim karena adanya kesatuan akidah, pegangan hidup, pandangan
hidup, sistim sosial, dan peradaban sehingga terjalinlah kesatuan hati dan jiwa
yang melahirkan persaudaraan yang erat dan mesra, dan terjalin pula kasih
sayang, perasaan senasib sepenanggungan, serta memperhatikan kepentingan orang
lain, seperti mementingkan kepentingan diri sendiri. Dengan demikian, terhindar
dari sikap individualisme, fanatisme golongan, fir’aunisme, materialisme, dan
dari segala penyakit jiwa lainnya.
3
Muswah
Muswah, yakni sikap persamaan antar sesama
manusia, tidak arogan, tidak saling merendahkan dan meremehkan orang lain,
tidak saling mengaku paling tinggi. Ini karena perbedaan dan penghargaan di
sisi Allah adalah dilihat prestasi pengabdian dan ketakwaannya.
4.
Musyawarah
Musyawarah, yakni sikap kompromis dan menghargai
pendapat orang lain, tidak menonjolkan kepentingan kelompok, memperhatikan
kepentingan bersama untuk meraih kemaslahatan dan kebaikan bersama. Hal ini
dilakukan oleh Rasulullah saw, antara lain di Madinh, yaitu dengan munculnya
Piagam Madinah. Ayat-ayat yang dapat dirujuk dalam kaitannya dengan kaidah ini,
antara lain: Q.S. Ali-Imran: 159, Q.S. Asu’ara: 38.
5.
Ta’awun
Ta’awun, yakni sikap gotong-royong, saling
membantu, kebersamaan dalam menghadapi persoalan dan tolong-menolong dalam
hal-hal kebaikan. Ayat-ayat yang dapat dirujuk dalam kaitannya dengan kaidah
ini, antara lain: Q.S. Al-Maidah: 2, Q.S. At-Taubah: 71, q.s. Al-Anfal: 46.
6.
Takaful al-ijtima
Takaful al-ijtima, yakni sikap pertanggungjawaban
bersama senasib sepenanggungan, kebersamaan dan sikap solidaritas sosial.
Ayat-ayat yang dapat dirujuk dalam kaitannya dengan kaidah ini, antara lain:
Q.S. At-Tahrim: 6, Q.S. Al-Baqarah:195.
7.
Jihad dan Ijtihad
Jihad dan Ijtihad, yakni sikap dan semangat
kesungguh-sungguhan, serius menunjukan etos kerja yang tinggi, kreatif,
inovatif dalam penyelesaian yang dihadapi. Ayat-ayat yang dapat dirujuk
dalam kaitannya dengan kaidah ini, antara lain: Q.S. Ash-Shaff: 4, 10-13.
8.
Fastahiq al-khayrat
Fastahiq al-khayrat, yakni sikap dan semangat
berlomba-lomba dalam kebaikan, pada berbagai lapangan hidup dan
kehidupan. Ayat-ayat yang dapat dirujuk dalam kaitannya dengan kaidah ini,
antara lain: Q.S. Ali-Imran: 114, Q.S. Al-Mu’minun: 57,61, Q.S. Al-Hadid: 21.
9.
Tasamuh
Tasamuh, yakni silap toleransi, tenggang rasa,
tidak memaksakan kehendak, mengikuti dan melaksanakan sesuatu dengan landasan
ilmu, saling menghargai perbedaan pandangan. Ayat-ayat yang dapat dirujuk
dalam kaitannya dengan kaidah ini, antara lain: Q.S. Az-Zumar: 18, Q.S.
Al-Baqarah: 256, Q.S. Al-Ankabut: 46, Q.S. An-Nahl: 125, 109, 1-6.
10. Istiqamah
Istiqamah, yakni sikap dan semangat berdisiplin,
tidak goyah, berjalan terus di atas ajaran yang benar dengan penuh
kesabaran. Ayat-ayat yang dapat dirujuk dalam kaitannya dengan kaidah ini,
antara lain Q.S. Fushshilat: 6, 30, 32, Q.S. Al-Ahqaff: 13-14, Q.S.
Asy-Syu’ara: 13-15.
B. STRATEGI RASULALLAH SAW
Bagian terpenting yang menjadi fokus
atau tujuan dakwah Rasulullah saw. Periode Mekah dapat dilihat antara lain
sebagai berikut.
1. Memperbaiki akhlak masyarakat Mekah
yang mengalami dekadensi moral, seperti tumbuh suburnya kebiasaan berjudi,
minum Khamer, dan berzina.
2. Memperbaiki dan meluruskan cara
menyembah Tuhan. Agama berhala menyembah patung-patung. Rasulullah saw.
Mengajak untuk beralih pada Islam yang hanya menyembah kepada Allah, Tuhan yang
Maha Esa serta menjauhi sikap musyrik.
3. Menegakkan ajaran Islam tentang persamaan hak dan
derajat di antara manusia.
4. Mengubah kebiasaan bertaklid kepada
nenek moyang dan meluruskan segala adat- istiadat, kepercayaan dan
upacara-upacara keagamaan.
5. Nabi Muhammad saw. berdakwah dengan
sabar, ikhlas, dan tegas di antaranya dengan tidak memaksakan kehendak dan
lemah lembut.
Strategi
dakwah Rasulullah SAW dalam berusaha mencapai tujuan yang luhur tersebut
sebagai berikut:
1. Dakwah secara
Sembunyi-Sembunyi selama 3-4 Tahun
Pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi ini,
Rasulullah SAW menyeru untuk masuk Islam, orang-orang yang berada di lingkungan
rumah tangganya sendiri dan kerabat serta sahabat dekatnya. Mengenai
orang-orang yang telah memenuhi seruan dakwah Rasulullah SAW tersebut adalah:
Khadijah binti Khuwailid (istri Rasulullah SAW, wafat tahun ke-10 dari
kenabian), Ali bin Abu Thalib (saudara sepupu Rasulullah SAW yang tinggal
serumah dengannya), Zaid bin Haritsah (anak angkat Rasulullah SAW), Abu Bakar Ash-Shiddiq
(sahabat dekat Rasulullah SAW) dan Ummu Aiman (pengasuh Rasulullah SAW pada
waktu kecil).
Abu Bakar Ash-Shiddiq juga berdakwah ajaran Islam sehingga ternyata beberapa orang kawan dekatnya menyatakan diri masuk Islam, mereka adalah:
۞ Abdul Amar dari Bani Zuhrah
۞ Abu Ubaidah bin Jarrah dari Bani Haris
۞ Utsman bin Affan
۞ Zubair bin Awam
۞ Sa’ad bin Abu Waqqas
۞ Thalhah bin Ubaidillah.
Orang-orang yang masuk Islam, pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi, yang namanya sudah disebutkan d atas disebut Assabiqunal Awwalun (pemeluk Islam generasi awal).
Abu Bakar Ash-Shiddiq juga berdakwah ajaran Islam sehingga ternyata beberapa orang kawan dekatnya menyatakan diri masuk Islam, mereka adalah:
۞ Abdul Amar dari Bani Zuhrah
۞ Abu Ubaidah bin Jarrah dari Bani Haris
۞ Utsman bin Affan
۞ Zubair bin Awam
۞ Sa’ad bin Abu Waqqas
۞ Thalhah bin Ubaidillah.
Orang-orang yang masuk Islam, pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi, yang namanya sudah disebutkan d atas disebut Assabiqunal Awwalun (pemeluk Islam generasi awal).
2.
Dakwah secara Terang-Terangan
Dakwah secara terang-terangan ini
dimulai sejak tahun ke-4 dari kenabian, yakni setelah turunnya wahyu yang
berisi perintah Allah SWT agar dakwah itu dilaksanakan secara terang-terangan.
Wahyu tersebut berupa ayat Al-Qur’an Surah 26: 214-216.
Tahap-tahap dakwah Rasulullah SAW secara terang-terangan ini antara lain sebaga berikut:
Tahap-tahap dakwah Rasulullah SAW secara terang-terangan ini antara lain sebaga berikut:
1. Mengundang kaum kerabat keturunan
dari Bani Hasyim, untuk menghadiri jamuan makan dan mengajak agar masuk Islam.
Walau banyak yang belum menerima agama Islam, ada 3 orang kerabat dari kalangan
Bani Hasyim yang sudah masuk Islam, tetapi merahasiakannya. Mereka adalah Ali
bin Abu Thalib, Ja’far bin Abu Thalib, dan Zaid bin Haritsah.
2. Rasulullah SAW mengumpulkan para
penduduk kota Mekah, terutama yang berada dan bertempat tinggal di sekitar
Ka’bah untuk berkumpul di Bukit Shafa.
Pada periode dakwah secara terang-terangan ini juga
telah menyatakan diri masuk Islam dari kalangan kaum kafir Quraisy, yaitu:
Hamzah bin Abdul Muthalib (paman Nabi SAW) dan Umar bin Khattab. Hamzah bin
Abdul Muthalib masuk Islam pada tahun ke-6 dari kenabian, sedangkan Umar bin
Khattab (581-644 M).
Rasulullah SAW menyampaikan seruan dakwahnya kepada para penduduk di luar kota Mekah. Sejarah mencatat bahwa penduduk di luar kota Mekah yang masuk Islam antara lain:
۞ Abu Zar Al-Giffari, seorang tokoh dari kaum Giffar.
۞ Tufail bin Amr Ad-Dausi, seorang penyair terpandang dari kaum Daus.
۞ Dakwah Rasulullah SAW terhadap penduduk Yastrib (Madinah). Gelombang pertama tahun 620 M, telah masuk Islam dari suku Aus dan Khazraj sebanyak 6 orang. Gelombang kedua tahun 621 M, sebanyak 13 orang, dan pada gelombang ketiga tahun berikutnya lebih banyak lagi. Diantaranya Abu Jabir Abdullah bin Amr, pimpinan kaum Salamah.
Pertemuan umat Islam Yatsrib dengan Rasulullah SAW pada gelombang ketiga ini, terjadi pada tahun ke-13 dari kenabian dan menghasilkan Bai’atul Aqabah. Isi Bai’atul Aqabah tersebut merupakan pernyataan umat Islam Yatsrib bahwa mereka akan melindungi dan membela Rasulullah SAW. Selain itu, mereka memohon kepada Rasulullah SAW dan para pengikutnya agar berhijrah ke Yatsrib.
Rasulullah SAW menyampaikan seruan dakwahnya kepada para penduduk di luar kota Mekah. Sejarah mencatat bahwa penduduk di luar kota Mekah yang masuk Islam antara lain:
۞ Abu Zar Al-Giffari, seorang tokoh dari kaum Giffar.
۞ Tufail bin Amr Ad-Dausi, seorang penyair terpandang dari kaum Daus.
۞ Dakwah Rasulullah SAW terhadap penduduk Yastrib (Madinah). Gelombang pertama tahun 620 M, telah masuk Islam dari suku Aus dan Khazraj sebanyak 6 orang. Gelombang kedua tahun 621 M, sebanyak 13 orang, dan pada gelombang ketiga tahun berikutnya lebih banyak lagi. Diantaranya Abu Jabir Abdullah bin Amr, pimpinan kaum Salamah.
Pertemuan umat Islam Yatsrib dengan Rasulullah SAW pada gelombang ketiga ini, terjadi pada tahun ke-13 dari kenabian dan menghasilkan Bai’atul Aqabah. Isi Bai’atul Aqabah tersebut merupakan pernyataan umat Islam Yatsrib bahwa mereka akan melindungi dan membela Rasulullah SAW. Selain itu, mereka memohon kepada Rasulullah SAW dan para pengikutnya agar berhijrah ke Yatsrib.
3.
Reaksi Kaum Kafir Quraisy terhadap Dakwah Rasulallah
SAW
Kaum kafir Quraisy menentang
keras dakwah Rasulallah SAW dan berusaha untuk menghentikannya. Usaha-usaha
kaum kafir Quraisy untuk menolak dan menghentikan dakwah Rasulullah SAW
bermacam-macam antara lain:
۞ Para budak
yang telah masuk Islam, seperti: Bilal, Amr bin Fuhairah, Ummu Ubais
an-Nahdiyah, dan anaknya al-Muammil dan Az-Zanirah, disiksa oleh para
pemiliknya (kaum kafir Quraisy) di luar batas perikemanusiaan.
۞ Kaum kafir
Quraisy mengusulkan pada Nabi Muhammad SAW agar permusuhan di antara mereka
dihentikan. Caranya suatu saat kaum kafir Quraisy menganut Islam dan
melaksanakan ajarannya. Di saat lain umat Islam menganut agama kamu kafir
Quraisy dan melakukan penyembahan terhadap berhala.
Faktor – Faktor yang Mendorong Kaum
Quraisy Menentang Seruan Islam
Sebab-sebab yang mendorong kaum Quraisy menentang
agama Islam dan kaum Muslimin, yaitu sebagai berikut :
1.
Persaingan berebut kekuasaan
Kaum Quraisy tidak dapat membedakan antara
kenabian dan kekuasaan, atau antara kenabian dan kerajaan. Mereka mengira bahwa
tunduk kepada agama Muhammad adalah berarti tunduk kepada kekuasaan Bani Abdul
Mutthalib.
Bagi kaum Quraisy untuk menyerahkan pimpinan
kepada Muhammad, karena menurut mereka berarti suku-suku bangsa Arab akan
kehilangan kekuasaan dan pengaruh dalam masyarakat.
2.
Persamaan antara hak bangsawan dan hamba sahaya
Bangsa Arab hidup berkasta-kasta. Tiap-tiap
manusia digolongkan kepada kasta yang tidak boleh dilampauinya. Tetapi, seruan
memberikan hak sama kepada manusia. Hak sama ini adalah suatu dasar yang
penting dalam agama Islam. Hamba sahaya itu dipandang lebih mulia dari tuannya
apabila lebih bertakwa dari tuannya itu.
3.
Takut dibangkitkan kembali
Agama islam mengajarkan bahwa pada hari kiamat
manusia akan bangkit dari kuburnya, dan semua perbuatan manusia akan dihisab.
Oleh yang berbuat baik, kebaikannya itu akan dibalas sebagaimana orang yang
berdosa akan disiksa, karena kejahatan-kejahatan dan dosa-dosanya. Manusia
diharapkan kembali dalam keadaan tiada mempunyai kekuasaan dan pengaruh.
Kemudian diadakan perhitungan terhadap segala perbuatannya dengan adil, hemat,
dan cermat. Gambaran inilah yang mendorong mereka menolak agama baru itu yang
menyebabkan mereka tidak mau mengikuti dan menganutnya. Gambaran ini adalah
gambaran keadilan yang tidak diinginkan oleh tiap-tiap penganiaya. Gambaran
pertanggungan jawab yang amat ditakuti oleh orang-orang yang berdosa.
4.
Taklid kepada nenek moyang
Taklid kepada nenek moyang secara membabi buta,
dan mengikuti langkah-langkah mereka dalam soal-soal peribadatan dan pergaulan
adalah suatu kebiasaan yang berurat berkat pada bangsa Arab.
5.
Patung sebagai komoditi perdagangan
Orang Arab zaman dahulu, ialah memahat patung
yang menggambarkan al Lata, al ‘Uzza, Manat, dan Hubal. Patung-patung itu
mereka jual kepada jamaah-jamaah haji. Agama Islam melarang menyembah, memahat,
dan menjual patung. Saudagar-saudagar patung memandang agama Islam sebagai
penghalang rezeki, dan akan menyebabkan perniagaan mereka mati dan lenyap.
Penjaga-penjaga Kabah pun merasa pula bahwa mereka akan kehilangan kekayaan dan
pengaruh, dahulu mereka peroleh karena mengabdi kepada patung-patung, dan
melayani orang-orang yang datang ke Mekkah untuk mengunjungi patung-patung itu.
6.
Konfrontasi kaum Quraisy terhadap Islam
Pada permulaan Islam, kaum Quraisy berjumlah
mencurahkan perhatiannya untuk menentang agama Islam. Pertama kali, mereka
menghalangi hamba-hamba dan orang-orang yang lemah. Kalau Muhammad bebas
mengatakan apa yang diinginkannya, tetapi hamba-hamba sahaya menurut pandangan
mereka tidaklah bebas atas jasmani dan rohani mereka sendiri. ‘Ammar serta
isterinya Sumaiyah, begitu juga Bilal, Khabab Ibnu Aris dan lain-lain menderita
siksaan yang berat, di luar perikemanusiaan. Siksaan-siksaan ini berbagai
macam, umpamanya pukulan dan tidak diberi makan dan minum. Yasir sampai
meninggal dunia waktu dia sedang disiksa. Perempuan Yasir terpekik ditikam oleh
Abu Jahal dengan lembing, sampai meninggal dunia.
Akan tetapi Nabi tidak dapat mereka siksa, karena
Bani Hasyim mempunyai kedudukan yang tinggi pada pandangan mereka. Dan Rasul
sendiri mendapat penjagaan dari Abu Thalib paman beliau.
Perlawanan kaum Quraisy pun makin tambah pula.
Perlawanan itu tidak hahnya dihadapkan kepada hamba sahaya dan orang-orang yang
lemah. Nabi mereka tuduh mengadakan perpecahan antara orang-orang dengan
keluarga dan hamba-hamba sahayanya, serta menghasut pemuda-pemuda yang menjadi
pengikutnya, menghinakan nenek moyang mereka dan dewa-dewa yang mereka sembah.
Dalam menghadapi tantangan dari kaum
kafir Quraisy, salah satunya Nabi Muhammad SAW menyuruh 16 orang sahabatnya,
termasuk ke dalamnya Utsman bin Affan dan 4 orang wanita untuk berhijrah ke
Habasyah (Ethiopia), karena Raja Negus di negeri itu memberikan jaminan
keamanan. Peristiwa hijrah yang pertama ke Habasyah terjadi pada tahun 615 M.
Suatu saat keenam belas orang tersebut kembali ke Mekah, karena menduga keadaan di Mekah sudah normal dengan masuk Islamnya salah satu kaum kafir Quraisy, yaitu Umar bin Khattab. Namun, dugaan mereka meleset, karena ternyata Abu Jahal labih kejam lagi.
Akhirnya, Rasulullah SAW menyuruh sahabatnya kembali ke Habasyah yang kedua kalinya. Saat itu, dipimpin oleh Ja’far bin Abu Thalib.
Pada tahun ke-10 dari kenabian (619 M) Abu Thalib, paman Rasulullah SAW dan pelindungnya wafat. Empat hari setelah itu istri Nabi Muhammad SAW juga telah wafat. Dalam sejarah Islam tahun wafatnya Abu Thalib dan Khadijah disebut ‘amul huzni (tahun duka cita).
Suatu saat keenam belas orang tersebut kembali ke Mekah, karena menduga keadaan di Mekah sudah normal dengan masuk Islamnya salah satu kaum kafir Quraisy, yaitu Umar bin Khattab. Namun, dugaan mereka meleset, karena ternyata Abu Jahal labih kejam lagi.
Akhirnya, Rasulullah SAW menyuruh sahabatnya kembali ke Habasyah yang kedua kalinya. Saat itu, dipimpin oleh Ja’far bin Abu Thalib.
Pada tahun ke-10 dari kenabian (619 M) Abu Thalib, paman Rasulullah SAW dan pelindungnya wafat. Empat hari setelah itu istri Nabi Muhammad SAW juga telah wafat. Dalam sejarah Islam tahun wafatnya Abu Thalib dan Khadijah disebut ‘amul huzni (tahun duka cita).
PENUTUP
Kesimpulan
Objek
dakwah Rasulullah SAW pada awal kenabian adalah masyarakat Arab Jahiliyah, atau
masyarakat yang masih berada dalam kebodohan dan moralnya tidak baik.Pada usia
40 tahun, Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Rasul oleh Allah SWT pada 17
Ramadan
610 M di Gua
Hira, ditandai dengan diturunkan wahyu pertama Q.S. Al-Alaq(96) : 1-5 melalui
perantaraan malakaikat Jibril. Ajaran Islam yang dibawa oleh Rasulallah ketika
berdakwah di Mekkah adalah intinya mengenai
Keesaan Allah SWT, Hari Kiamat sebagai hari pembalasan, Kesucian jiwa, dan Persaudaraan dan Persatuan.
Selama 3-4 tahun Rasulallah berdakwah di Mekkah secara
sembunyi-sembunyi. Beliau menyerukan orang-orang yang berada di
lingkungan rumah tangganya sendiri dan kerabat serta sahabat dekatnya untuk
masuk Islam. Lalu pada tahun keempat kenabiannya (setelah mendapat wahyu yang
berisi perintah untuk berdakwah secara terang-terangan) Rasulallah memulai
dakwahnya secara terang-terangan dengan tahapan awal mengundang kaum kerabat
keturunan dari Bani Hasyim, untuk menghadiri jamuan makan dan mengajak agar
masuk Islam, kemudian Rasulullah SAW mengumpulkan para penduduk kota Mekah,
terutama yang berada dan bertempat tinggal di sekitar Ka’bah untuk berkumpul di
Bukit Shafa untuk mengajak mereka masuk Islam. Reaksi kaum kafir Qiraisy adalah menolak dan berusaha untuk
menghentikannya dengan berbagai cara. Namun Rasulallah tidak berputus asa.
HIKMAH SEJARAH DAKWAH PERIODE MEKAH
Hikmah yang dapat diperoleh dari
sejarah dakwah Rasulullah pada periode Mekah, antara lain sebagai berikut :
1. Menyadari bahwa dalam berjuang menegakkan agama Allah harus dengan
kesabaran dan kegigihan, maka akan mendapat pertolongan dari Allah swt.
2. Memahami bahwa tugas seseorang rasul hanya menyampaikan wahyu dari Allah
swt.rasul tidak dapat memberi petunjuk atau hidayah
3. Memahami bahwa Allah swt. pasti akan menguji seseorang yang akan terpilih
menjadi utusan atau rasul-Nya (QS Al Hajj: 75 dan Al Baqarah: 214).
4. Memahami bahwa Nabi Muhammad saw. sangat bijaksana, pandai menggunakan
kesempatan yang berharga, dapat menarik perhatian orang tanpa menimbulkan
kebosanan (QS An Nahl: 125).
5. Meneladani Nabi Muhammad saw. yang bergelar uswatun hasanah.
Artinya, tingkah
laku dan amal perbuatan rasulullah saw. dalam kehidupan sehari-hari menjadi
teladan yang baik, terutama dalam berdakwah
6. Melalui dakwah Rasulullah saw, umat manusia, khususnya umat Islam
mendapatkan informasi mengenai agama yang diridai Allah.
7. Melalui dakwah Rasulullah saw. Islam memberikan pemahaman tentang hak dan persamaan derajat antara kaum
perempuan dan laki-laki.
8. Ajaran Islam
menegakkan bahwa tidak ada perbedaan antara umat manusia dan menghilangkan
perbudakan.
9. Dengan
dihilangkannya status perbudakan, maka umat manusia mengerti bahwa mereka semua
itu sama di mata Allah swt.